Akankah Koalisi Perubahan Untuk Persatuan Pilihan Realistis PDIP?
#SalamSrika
Jumat, 16 Ramadhan 1444 Hijriah / 07 April 2023 M
Isa Ansori, Akademisi dan Kolumnis
Baca juga : Rivalitas Jokowi dan Megawati
Dalam politik memang tak ada yang tidak mungkin, dinamika yang begitu cepat membuat arah koalisipun saling menyesuaikan dan menghitung beberapa keuntungan yang akan didapat.
Koalisi dalam politik tidak bisa hanya dipahami kerjasama tanpa jaminan, koalisi dalam politik ibarat orang duduk bersama untuk bermain kartu, tentu setiap orang akan memainkan kartu – kartunya demi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding dengan yang lain. Memahami koalisi harus dibayangkan kita sedang berada di sebuah jamuan makanan dengan cara kenduri. Semua harus dapat bagian.
Lalu kemana arah PDIP akan berlabuh? Membaca ini ada baiknya kita mulai dari sikap tegas Megawati bahwa kewenangan mencalonkan presiden dan wakilnya ada pada dirinya sebagai ketua umum, hal ini mengacu pada amanah rakernas PDIP 2022.
Meski PDIP mendapatkan previllege untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden tanpa berkoalisi dengan partai lain, namun hal itu akan sulit dilakukan sendiri. PDIP harus berkoalisi, sebagaimana yang dikatakan oleh Puan bahwa PDIP siap menjadi tuan rumah pertemuan koalisi.
Bagi PDIP koalisi menjadi sangat penting dan berarti, karena dengan koalisi, PDIP akan bisa bersama – sama bercita-cita membangun bangsa, tapi persoalannya seperti apa koalisi yang akan dibangun. Hal ini menjadi penting bagi PDIP, karena selama hampir 10 tahun sebagai partai politik pemenang pemilu, nampaknya PDIP bukan menjadi pemain sesungguhnya, PDIP hanya pemain pemdukung, ada yang menjadi pemain utama yang sesungguhnya, yang mengarahkan Jokowi untuk mengikuti arah kebijakan – kebijakannya.
PDIP tentu tak ingin mengulang sebagaimana tiga pemilu yang dimenangkan, 1999, 2014 dan 2019, meski sebagai pemenang pemilu ternyata PDIP dipecundangi oleh lawan lawan politiknya.
Lawan politik PDIP tak hanya partai partai politik, tapi juga dari dalam, tentu saja mereka yang secara bersembunyi tidak sejalan dengan keputusan partai dan ketua umumnya. Inilah yang kemudian menyebabkan PDIP tak mampu mengambil peran yang maksimal meski menang pemilu dan menjadi partai penguasa.
Sebagai politisi senior dan berpengalaman yang mengalami semua masa itu, Megawati tentu banyak belajar, sehingga kepekaan dan pengalaman itulah yang menyebabkan Megawati mengendalikan penuh PDIP demi menjaga marwahnya sebagai partai yang memperjuangkan kepentingan rakyat. Salah satu kendali penuh yang dia jaga saat ini adalah menentukan bakal capres dan cawapres nya dan bagaimana berkomunikasi dengan partai – partai lain. Semua hanya dilakukan oleh dirinya dan orang yang dia percaya, saat ini adalah Puan Maharani.
Lalu apa yang menjadi kebutuhan Megawati saat ini? Tentu saja sebagai partai politik, Megawati butuh memenangkan Pemilu 2024 dan juga menjaga marwah PDIP dalam kendali trah Soekarno, namun apakah dia akan bisa berjuang sendirian meski pada dasarnya ada peluang untuk itu. Megawati pasti butuh teman koalisi untuk bisa menang dan mampu membantunya menjaga PDIP dari keluarga Soekarno, minimal tidak mengganggu dan menjadi ancaman.
PDIP tentu tidak akan berjuang sendirian, karena hal ini akan menjadikan PDIP sebagai musuh bersama dan ini akan menjadi berat baginya. Pilihan koalisi adalah pilihan realistis agar PDIP tetap bertahan menjadi partai pemenang dan atau ikut menang.