Anies Semakin Tak Terbendung
Sriwijaya Merdeka; Surabaya
#SalamSrika
Isa Ansori, Kolumnis
Paska dukungan penuh Koalisi Perubahan terhadap Anies, nampaknya membuat kubuh lawan – lawan Anies mulai meningkat kecemasannya.
Tanda – tanda kecemasan itu dapat dilihat semakin massif dan meningkatnya bullyan terhadap Anies.
Yang terbaru dirijen bully Anies dilakukan oleh Akbar Faisal, hatter Anies, dengan meminjam suara Sandiaga Uno dan Erwin Aksa.
Akbar Faisal mencoba mengungkit kembali tentang perjanjian yang pernah dibuat ketika pelaksanaan pilkada DKI 2017. Akbar mencoba memunculkan kembali perssoalan hutang piutang pilkada yang sejatinya sudah selesai. Sandiagapun terpancing menjawab, bahwa memang perjanjian itu memang ada. Namun hanya berlaku ketika Pilkada DKI 2017 selesai. Sandiagapun tak pernah memasalahkan itu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Fadli Zon, yang menyusun draft perjanjian itu. Clear sudah sebetulnya itu.
Namun sayangnya, Akbar Faisal tak putus asa untuk membully Anies dengan chanelnya, skenario selanjutnya mewawancarai Erwin Aksa. Senada dengan Sandiaga, Erwin juga menyatakan hal yang sama. Sehingga viral seolah Anies punya hutang dan Anies tak menepati janji.
Dalam politik tak ada kawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan. Pernyataan Akbar Faisal, Sandiaga Uno dan Erwin Aksa bisa diduga sebagai pernyataan kepentingan.
Lalu kepentingan apa yang mendasari. Tentu kepentingan bagaimana kenyamanan yang selama ini mereka dapatkan dan rasakan. Anies dianggap sebagai ancaman terhadap kenyamanan yang mereka rasakan.
Apa yang dilakukan mereka tak berbeda sebagaimana yang dilakukan oleh para buzzer istana peliharaan oligarki.
Bullyan yang bertubi – tubi itu menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Anies semakin kuat. Upaya bully yang dilakukan terhadap Anies adalah upaya untuk menghadang Anies dan menjatuhkannya.
Jatuhkah Anies? Tentu sulit, karena rakyat sudah tahu siapa mereka, rakyat sudah tak pernah percaya terhadap opini dan isu yang dilemparkan oleh mereka.
Ibarat anak kecil minta perhatian, kalau tak diperhatikan maka akan semakin menjadi jadi tingkahnya. Kalau diperhatikan akan merasa dibutuhkan.
Rakyat sudah kehilangan “trust” terhadap mereka, sehingga bullying terhadap Anies adalah bagian dari cara mereka untuk mendapatkan kepercayaan lagi.
Tumbuhnya gerakan relawan dimana mana dan dukungan Koalisi Perubahan adalah tanda bahwa rakyat semakin percaya dan berharap kepada Anies.
Dalam hal ini berlaku adagium, semakin dukungan dan kepercayaan terhadap Anies tinggi, maka intensitas bullying dan fitnah terhadap Anies juga akan semakin tinggi.
Jadi bagi semua yang mendukung Anies, tirulah sikap Anies menghadapi itu semua. Anies tidak banyak bicara, bahkan Anies hanya mengatakan saya bekerja dengan bukti bukan dengan asumsi.
Nah jangan – jangan mereka yang membully Anies adalah kelompok masyarakat yang hanya omong saja, tak punya bukti, yang ada berani menebar fitnah demi mendapatkan rupiah.
Kepada seluruh relawan Anies, Tetaplah semangat dan jangan putus asa, teruslah bergerak, karena gerakan yang kalian lakukan akan semakin meningkatkan kecemasan mereka.
Surabaya, 7 Februari 2023
Isa Ansori
Kolumnis
Sudah sepantasnya calon presiden yg membela yg benar bukan yg belain negara lain yg memberi uatang setinggi leher sampai rambut. NKRI bukan negara komunis tp negara kesatuan yg berdasarkan keadila sosial bagi seluru rakyat Indonesia. Bukan Imigran aseng yg makin intens banyaknya menyaingi suara pribumi Indonesia…ALLAHU AKBAR…!!?
Sudah sepantasnya calon presiden yg membela yg benar bukan yg belain negara lain yg memberi uatang setinggi leher sampai rambut. NKRI bukan negara komunis tp negara kesatuan yg berdasarkan keadilan sosial bagi seluru rakyat Indonesia. Bukan Imigran aseng yg makin intens banyaknya menyaingi suara pribumi Indonesia…ALLAHU AKBAR…!!?