Habis Sandiaga Uno terbitlah Fahri Hamzah, Manufer Downgrade Koalisi Perubahan

Sriwijaya Merdeka : Surabaya

#SalamSrika

Isa Ansori, Kolumnis

Dalam perspektif psikologi kecemasan seseorang bisa disebabkan oleh rasa was was dan takut berlebihan. Untuk menutupinya dibutuhkan pengalihan atau justru akan melakukan penyerangan.

Nampaknya itulah yang terjadi saat ini, ada kecemasan yang berlebihan terhadap Anies dan Koalisi Perubahan. Mereka yang menempatkan diri sebagai oposan Anies dan Koalisi Perubahan, melalui gerakan massif dan terharmoni, melakukan serangan, tentu hal ini dimaksudkan untuk mendowngrade citra Anies. Tujuannya bisa diduga agar publik melihat Anies dan Koalisi Perubahan bukanlah seperti yang diharapkan oleh para relawan dan pendukung Anies.

Tak ada kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan, nampaknya inilah penggambaran yang tepat terhadap apa yang dilakukan oleh Sandiaga Uno terhadap Anies dan Fahri Hamzah terhadap PKS.

Dalam kasus perjanjian yang dianggap sebagai hutang pilkada Jakarta, Sandiago secara sadar telah menuduh Anies masih punya hutang 50 M, padahal perjanjian itu telah usai bila Anies menang maka hutang itu akan dianggap selesai, sebaliknya bila kalah Anies akan mengembalikan. Sebuah “Gentleman agrement” yang dilakukan oleh Anies. Biasanya bila menang akan mengembalikan, kalau kalah sudah tidak. Tapi Anies menegaskan bila kalah akan dikembalikan, nyatanya Anies menang, dan Sandiaga juga ikut menikmati kemenangan itu sebelum memutuskan maju menjadi Cawapres Prabowo 2019. Meski pada akhirnya Sandi mengatakan “case closed”, tapi opini itu sudah terlanjur mendowngrade Anies. Terimakasih Sandiaga, anda telah membantu meningkatkan perbincangan tentang Anies di media.

Hal yang sama dilakukan oleh Fahri manuvernya menyerang PKS dengan kasus kompensasi yang diputuskan oleh pengadilan dan oleh PKS tidak dipenuhi. Bahkan menggunakan kata kata yang kurang elok, tidak ikhlas dan itu dana milik anak yatim.

Fahri seolah lupa, bahwa dia bisa besar dan dikenal itu berkat PKS, kalau dihitung dengan berapa banyak uang yang harus dibiarkan oleh Fahri ke PKS, nampaknya kemarahan lebih mendominasi pikiran dan hatinya dibanding akal sehatnya. Fahri yang dulu kritis dan cerdas, kini telah kehilangan itu semua, kacang lupa kulitnya.

Publikpun kini juga bisa berasumsi, bahwa sedang menjadi bagian untuk menjatuhkan Koalisi perubahan utamanya PKS dan Anies

Lalu pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa ini? Pertama, kita bisa duga bahwa elektabilitas Anies dan Koalisi perubahan sedang mengalami peningkatan yang cukup luar biasa, apa tanda tandanya, sambutan kepada Anies yang luar biasa dibeberapa tempat, adanya upaya mempersulit kedatangan Anies di be berapa daerah, adanya oknum bayaran yang berdemo menolak kedatangan Anies dan terpublikasikan secara massif oleh “media”. Kedua, terjadi tsunami perubahan dukungan kepada Anies yang awalnya tidak mendukung. Terbentuknya Koalisi bersama untuk Anies dibeberapa daerah, hengkangnya aktor aktor utama pendukung Jokowi ke Anies.

Langkah apa yang harus dilakukan untuk menghadapi itu semua, fokus pada meningkatkan popularitas dan elektabilitas Anies di masyarakat. Relawan melakukan aksi aksi nyata yang membangun simpati dan membantu menyelesaikan persoalan masyarakat. Kolaborasi dan sinergi antar relawan menjadi sesuatu yang penting.

Menguasai perasaan masyarakat dan memberi gambaran sesungguhnya tentang Anies adalah kerja kerja yang patut dilakukan saat ini. Harapannya hanya satu apapaun yang dilakukan oleh lawan politik Anies tidak mampu merubah pikiran baik masyarakat terhadap Anies.

Kepada relawan, tetaplah berlaku simpatik kepada siapapun, meski kepada para pembenci Anies, khusus kepada Sandiag Uno, Erwin Aksa, Akbar Faisal dan Fahri Hamzah, terimakasih kalian telah membantu meningkatkan elektabilitas Anies melalui perbincangan media dan masyarakat.

Surabaya, 9 Februari 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »