Isra Miraj (7): Naik ke Sidratul Muntaha Bertemu Allah dan Mendapat Keringanan Sholat

Sriwijaya Merdeka : Jakarta

#SalamSrika

Rusman H. Siregar

Pendahuluan

Isra Miraj Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berakhir di Sidratul Muntaha. Dalam-perjalanan terakhir ini, Rasulullah diperlihatkan surga dan neraka. Beliau diangkat ke tempat paling tertinggi hingga bertemu Allah ‘Azza wa Jalla.

Berikut lanjutan kisahnya disampaikan Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha sebagai tempat perhentian terakhir perjalanan agung beliau.

Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat.

Dari akar kaki Sidratul Muntaha mengalir sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama 70 tahun. Buahnya menyerupai kelapa, namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.

Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada Malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas.

Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: “Wahai Jibril, sungai-sungai apakah ini?” Jibril menjawab: “Kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai Nil dan Alfurat.”

Baca Juga : Isra Miraj (6): Nabi Musa Menangis dan Nabi Ibrahim Duduk di Pintu Surga

 

Rasulullah Minum dari Sungai Al-Kautsar

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabila. Dari mata air Salsabila ini mengalir dua sungai salah satunya yaitu Al-Kautsar. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyaksikan Sungai Al-Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud. Dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat.

Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.

Jibril berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم: “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad dan sungai lainnya adalah sungai rahmat.” Nabi صلى الله عليه وسلم mandi di dalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.

Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم melihat Jibril dengan 600 sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم menelusuri Al-Kautsar hingga masuk ke dalam Surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah melihat pada pintunya tertulis:

الصدقة بعشر أمثالها و القرض بثمانية عشر

“Satu sedekah diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi utang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat”.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Wahai Jibril, mengapa memberikan utang lebih utama daripada memberi sedekah?”. Jibril berkata: “Karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan.”

Ketika melanjutkan perjalanan, Nabi menyaksikan sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai itu terdapat kubah-kubah dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember besar.

Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan”. Rasulullah menjawab: “Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi, dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar.”

Diperlihatkan Neraka

Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم diperlihatkan keadaan neraka. Neraka adalah tempat kemurkaan Allah dan siksanya Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya maka akan dilahapnya. Rasulullah menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang sedang memakan bangkai. Rasulullah bertanya kepada Jibril: “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka sedang memakan daging-daging manusia.”

Nabi صلى الله عليه وسلم menyaksikan Malaikat penjaga neraka seperti lelaki bermuka garang yang kemurkaan dan dendam sangat terlihat di wajahnya. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya dan kemudian neraka dikunci kembali.

Bertemu Allah dan Berdialong dengan-Nya

Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha, beliau diselimuti awan yang berwarna-warni. Itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Rasulullah kemudian diangkat ke tempat sangat tinggi hingga Nabi mendengar suara goretan Al-Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta).

Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat seorang lelaki yang samar-samar di balik cahaya ‘Arsy. Rasulallah bertanya: “Siapakah gerangan orang itu? apakah Malaikat?” Maka dijawab: “Bukan”. Rasulullah bertanya kembali, “Apakah dia seorang Nabi?”. Dijawab: “Bukan”.

Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah gerangan?” Dijawab: “Dia adalah lelaki yang ketika di dunia mulutnya selalu basah dengan zikir kepada Allah, hatinya selalu rindu kepada masjid dan tidak pernah menjadi penyebab kedua orang tuanya dicela.”

Tibalah momentum yang teramat agung, Rasulullah صلى الله عليه وسلم diperkenankan melihat Allah Ta’ala. Ketika itu, beliau tersungkur dengan bersujud kepada Allah. Ketika itulah Allah berbicara kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Periwayat hadis berkata, tertulis di dalam Kitab Suci Taurat bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah Habibullah (kekasih Allah). Allah berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم: “Dan Aku mengutusmu kepada seluruh manusia sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pembawa peringatan. Dan Aku telah lapangkan dadamu dan Aku telah hapuskan dosa-dosamu dan Aku telah menggangkat namamu sehingga tidaklah nama-Ku disebut melainkan engkau pun di sebut bersama-Ku. Dan Aku telah menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik dari sekalian manusia dan Aku jadikan umatmu sebagai umat moderat.”

“Dan Aku jadikan umatmu sebagai umat yang pertama (masuk ke dalam surga) dan yang terakhir (lahir ke muka bumi), dan Aku telah menjadikan umatmu tidak diperbolehkan pada mereka berkhutbah hingga mereka bersaksi bahwa engkau adalah hamba-Ku dan utusan-Ku. Aku telah menjadikan dari umatmu sekelompok kaum yang hati mereka adalah tempat menampung kitab suci mereka. Dan Aku telah menjadikan engkau sebagai Nabi yang pertama diciptakan dan terakhir di utus serta yang pertama dibangkitkan untuk hari pengadilan. Dan Aku berikan kepadamu Surat Al-Fatihah yang tidak pernah Aku berikan kepada seorang Nabi sebelummu. Dan Aku berikan kepadamu penutup Surat Al-Baqarah yang merupakan harta karun di bawah ‘Arsy yang tidak Aku berikan kepada seorang Nabi pun sebelummu.

“Dan Aku berikan kepadamu Al-Kautsar. Dan Aku berikan kepadamu 8 karunia: Islam, Hijrah, Jihad, Sedekah, Puasa Ramadhan, Amar Ma’ruf, dan Nahi Munkar, dan pada hari Aku menciptakan langit dan bumi, Aku wajibkan atasmu dan atas umatmu 50 kali sholat, maka dirikanlah olehmu dan oleh umatmu.”

Sholat 50 Waktu Menjadi 5 Waktu

Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulallah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tuhanku telah memberi karunia kepadaku, yaitu Allah mengutusku sebagai rahmat bagi sekalian alam dan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah tanamkan di dalam hati musuh-musuhku rasa takut dari jarak satu bulan perjalanan. Dan Allah halalkan kepadaku harta rampasan perang padahal tidak dihalalkan kepada seorang pun sebelumku, dan Allah jadikan bumi sebagai tempat shalat dan suci. Dan aku diberikan pembuka, penutup dan keluasan kalimat. Ditunjukkan kepadaku seluruh umatku dihadapku hingga jelaslah kepadaku antara pengikut dan pemimpin, hingga aku melihat mereka mendatangi suatu kaum yang beralas kakikan dari bulu dan aku melihat mereka mendatangi suatu kaum yang berwajah lebar dan bermata sipit seolah-olah mata mereka dijahit dengan jarum, hingga nampak jelas olehku penderitaan yang umatku derita dari kaum tersebut. Dan aku diperintahkan dengan 50 kali sholat”.

Dan dalam riwayat lain, Rasulullah diberikan tiga anugerah: Dijadikan sebagai pemimpin para Rasul, dijadikan sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa, dan akan memimpin umatnya yang wajah dan lengan serta kaki mereka bercahaya terang benderang kerena basuhan air wudhu.

Dalam riwayat lain, dianugerahkan untuk Rasulullah shalat lima waktu dan akhir Surat Al-Baqaroh dan ampunan Allah bagi umatnya yang tidak menyekutukan Allah atas dosa-dosa besar mereka.

Kemudian tersingkaplah dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم awan indah yang menyelimuti dirinya. Jibril meraih tangan Rasulullah untuk menuntunnya kembali, maka mereka kembali dengan cepat. Di perjalanan pulang mereka melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ibrahim tidak berucap sesuatu apapun.

Mereka melalui Nabi Musa, Rasulullah berkata: “Sungguh Nabi Musa adalah sahabat terbaik untuk kalian.” Nabi Musa berkata kepada Nabi Muhammad: “Apa yang kamu lakukan selama di perjalanan ini wahai Muhammad? Dan apa yang diwajibkan Tuhanmu kepadamu dan kepada umatmu?”.

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menjawab: “Diwajibkan kepadaku dan umatku 50 sholat sehari semalam.” Maka Nabi Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan untukmu dan untuk umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu untuk menjalankan perintah itu. Sungguh aku lebih berpengalaman terhadap manusia sebelummu dan aku telah menguji Bani Israil serta membujuk dan membimbing mereka dengan ketekunan dan ketelitianku untuk menjalankan perintah Allah yang lebih ringan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan umatmu, namun mereka tidak mampu menjalankannya hingga mereka meninggalkannya. Dan sungguh umatmu lebih lemah badannya, fisiknya, hatinya, pandangannya serta pendengarannya.”

Maka Nabi صلى الله عليه وسلم menoleh kepada Jibril berharap bimbingannya, maka Jibril member isyarat kepadanya. “Jika engkau berkenan, maka kembalilah dan mohonlah keringanan dari Tuhanmu”.

Maka Nabi Muhammad kembali dengan cepat hingga Nabi sampai kepada Sidratul Muntaha, maka awan itu kembali menyelimutinya dan Rasulullah bersujud kepada Allah. Kemudian Nabi berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk umatku karena mereka adalah umat yang paling lemah.”

Allah berkata, “Aku ringankan atas mereka lima”. Kemudian awan itu tersingkap dan Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa. Beliau berkata: “Telah dikurangkan untukku dan umatku lima”. Maka Nabi Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu”.

Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم salam terus bolak-balik meminta keringanan kepada Tuhannya, dan setiap kali Allah mengurangi lima, hingga tidak tersisa kecuali lima waktu sholat maka Allah berkata kepadanya: “Wahai Muhammad!” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: “Labbaik wa sa’daik (aku senantiasa memenuhi panggilanmu)”.

Allah Ta’ala berkata: “Itulah sholat yang lima waktu sehari semalam, setiap sholat dihitung sebagai sepuluh shalat, sehingga semuanya genap lima puluh, tidaklah akan berubah ketentuan-Ku dan tidaklah dihapus kitab-Ku (tertulis dalam ketentuan-Ku). Barang siapa yang bertekad melakukan suatu kebaikan namun dia tidak jadi melakukannya, maka ditulis baginya satu kebaikan, tetapi jika dia melakukannya maka ditulis baginya sepuluh kebaikan. Barang siapa yang bertekad melakukan suatu keburukan namun tidak jadi melakukannya maka tidak ditulis suatu apapun atasnya, dan apabila ia melakukannya maka ditulis baginya satu keburukan.”

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengabarkan kepada Nabi Musa tentang apa yang Allah tetapkan. Namun Nabi Musa bersikeras berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sungguh umatmu tidak akan mampu.”

Nabi Muhammad berkata: “Wahai Musa, aku telah berkali-kali menghadap kepada Tuhanku hingga aku malu kepada-Nya, dan sungguh aku ridho dan puas menerima ketentuan Tuhanku.” Maka terdengar seruan: “Sesungguhnya aku telah menetapkan ketentuan-Ku dan Aku telah meringankan atas hamba-hamba-Ku”. Maka Nabi Musa berkata: “Allah, Kalau begitu maka turunlah engkau dengan menyebut nama Allah.”

Perjalanan Pulang Di perjalanan pulang,

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tidak melewati perkumpulan para Malaikat, kecuali mereka berkata: “Hendaklah kamu perintahkan umatmu untuk hijamah (bekam)”. Di perjalanan pulang Nabi bertanya kepada Jibril: “Wahai Jibril, tidak ada seorangpun dari penduduk langit yang aku jumpai melainkan ia pasti menyambutku dengan meriah, dengan senyuman manis, salam dan doa, kecuali satu orang. Ketika aku menemuinya dan mengucapkan salamku untuknya, dia hanya sebatas menyambutku, menjawab salamku dan mendoakanku namun sama sekali tidak tersenyum dan tertawa untukku. Kenapa wahai Jibril?”

Maka Jibril berkata: “Dia adalah Malaikat Malik, Malaikat penjaga neraka. Dia tidak pernah tersenyum sejak diciptakan, kalaupun dia dapat tersenyum untuk seseorang maka dia hanya akan tersenyum kepadamu.”

Pada saat turun dan sampai ke langit dunia, Rasulullah melihat ke bawah, dan beliau melihat asap yang mengepul, kabut dan suara-suara yang berisik. Maka Nabi bertanya: “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini adalah para setan, mereka menghalangi pandangan manusia supaya tidak berfikir tentang kerajaan langit dan bumi, apabila para setan tidak melakukan hal itu, sungguh manusia akan melihat keajaiban yang mengagumkan”. Rasulullah turun hingga kembali ke Baitul Maqdis menaiki buraqnya.

Baca Juga : Isra Miraj (7): Naik ke Sidratul Muntaha Bertemu Allah dan Mendapat Keringanan Sholat

Referensi:

  1. Kitab An-Nur Al-Wahhaj Fi Qisshoti Al Isra wal Mi’raaj karya Al-Imam Al-‘Allamah Sayyid Zainal ‘Abidin bin Muhammad Al hadi bin Zainal ‘Abidin Al-Barzanji.
  2. Kitab Al-Anwar Al-Bahiyyah dan Kitab Wa Huwa bil Ufuq Al-A’la karya Al-Muhaddits As-Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki.
  3. Kitab Al-Isra wal-Mi’raj karya Al-Imam Asy-Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi.Sumber Naskah : https://kalam.sindonews.com/read/363628/70/isra-miraj-7-naik-ke-sidratul-muntaha-bertemu-allah-dan-mendapat-keringanan-sholat-1615647790?showpage=all

 

Sumber Gambar:

https://kalam.sindonews.com/read/698569/69/selamat-memperingati-isra-miraj-perintah-sholat-dari-50-menjadi-5-waktu-1645970534

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »