Membaca Arah Manuver PDIP Ke Demokrat
#Sriwijaya Merdeka : Surabaya
#SalamSrika
Senin, 23 Dzul Qa’dah 1444 Hijriah / 12 Juni 2023 M
Isa Ansori,
Akademisi dan Kolumnis
Mendekati pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden, nampaknya terjadi kejutan – kejutan, ini menandakan bahwa antar partai politik saling menjajagi berbagai kemungkinan untuk memenangkan pilpres dan mungkin sebagai upaya jebakan untuk menjatuhkan lawan.
Sehingga setiap dinamika yang ada harus dimaknai dua hal, sebagai sebuah strategi memenangkan pertarungan dan menjebak lawan.
Perkembangan terakhir yang menarik adalah masuknya AHY dalam radar cawapres Ganjar. PDI-P sebagai partai yang mencalonkan Ganjar dan memasukkan AHY dalam radar cawapresnya terasa janggal, karena beberapa bulan sebelumnya Hasto sebagai perwakilan partai mengatakan bahwa partainya tak akan mungkin bisa bekerja sama dengan Demokrat, seolah PDIP sudah menutup diri, bahkan dengan PKS apalagi, begitu juga dengan Nasdem, Hasto pun membuat syarat kecuali meninjau kembali pencapresan Anies Baswedan.
Kalau kemudian tiba tiba terjadi kejutan memasukkan AHY dalam radarnya, tentu ini akan menimbulkan beberapa pertanyaan.
Pertama adakah ini ada kaitan dengan pernyataan Jokowi dalam ulang tahun PPP, dimana saat itu Jokowi menyebut nama – nama capres dan salah satunya ada nama AHY.
Pernyataan Jokowi ini sangat berbanding terbalik dengan sikap PDIP yang dinyatakan oleh-oleh Hasto. Apalagi pernyataan bahwa PDIP akan bertemu Demokrat disampaikan oleh Puan, dan tentu ini juga persetujuan dari Megawati.
Yang kedua dalam pidato yang viral, bagaimana Jokowi membuat kriteria tantangan masa depan, dalam pidatonya di sekolah partai di rakernas PDIP di Lenteng Agung, Selasa ( 6/6/23 ), Jokowi menyampaikan tantangan tersebut meliputi krisis global, krisis pangan, krisis keuangan dan perang. Ada baiknya perlu disiapkan perencanaan untuk mengatasinya. Bahkan Jokowi menyatakan di hadapan Ganjar bahwa yang paling penting saat ini bagi seorang pemimpin adalah yang punya nyali. Memaknai kriteria ini tentu banyak multitafsir, tetapi kalau mengingat pidato Prabowo di depan PBB tentang krisis perang Ukraina – Rusia, kriteria itu lebih tepat merujuk kepada Prabowo dan Anies Baswedan, namun dalam beberapa hal, Jokowi lebih terang terangan mengendorse Prabowo bila disesuaikan dengan kriteria yang disampaikan.
Ketiga, semenjak dicalonkan melalui partai, Ganjar praktis adalah milik partai, karena dalam fatsun PDIP semua orang yang ada di PDIP adalah petugas partai, tak peduli siapapun dan harus tunduk kepada konstitusi partai, konstitusi partai saat memberi mandat hanya ketua umum partai yang bisa menentukan siapa capres dan cawapresnya, praktis dalam situasi ini, Jokowi tak berdaya di hadapan Megawati, padahal Jokowilah yang mendorong agar Ganjar di calonkan sekaligus dia juga yang akan mendorong siapa cawapresnya. Sebagaimana yang terjadi di KIB yang dilontarkan oleh PAN, paket capres dan cawapresnya seperti harapannya. Namun keinginan Jokowi di PDIP gagal total. Kini sepertinya Prabowolah yang menjadi harapan. Meski juga Jokowi masih berharap pasangan yang akan dimajukan adalah duet Prabowo – Ganjar.
Melihat gelagat yang seperti itulah, PDIP tentu tidak berharap kadernya harus duduk sebagai cawapres, apalagi PDIP partai pemenang pemilu, sehingga manuver Puan bertemu AHY bisa ditemukan alasannya. Ganjar tetap dalam genggaman PDIP dan bisa mendekati siapapun partai dan calon yang dianggapnya menguntungkan.
Pada situasi seperti saat ini, akan muncul pertanyaan bagaimana posisi Hasto saat ini, ketika PDIP melalui Puan mendekati partai dan orang orang yang menurutnya tak akan mungkin PDIP bekerja bersamanya, dan bagaimana situasi kebatinan yang ada di Megawati terhadap Jokowi, sehingga mencoba zig – zag mengutus Puan menemui AHY?
Bagi PDIP menemui AHY yang berlatar belakang militer dan pemimpin partai, nilainya bisa sama dengan Prabowo yang berlatar belakang militer dan juga pemimpin partai. Maka jangan heran nanti akan ada kejutan pilihan selain duet Anies – AHY, Anies – Khofifah, maka akan muncul juga wacana duet Anies Ganjar atau Bahkan Anies – Puan.
Begitulah politik selalu ada kejutan, bagi kita yang awam, janganlah terlalu baper dan emosional menyikapi, nikmati dan ikuti agar kita bisa selamat dari stroke dan serangan jantung. Dalam ketidak pastian situasi politik, maka benarlah apa yang disampaikan oleh Einstein bahwa ilmu politik itu lebih sulit dibanding ilmu fisika, karena didalamnya penuh ketidak pastian. Tapi percayalah bahwa dengan jam terbang pengalaman politik, kecerdasan dan kejernihan berpikir yang matang, Anies akan bisa membuat kepastian bersama koalisi perubahan untuk persatuan.
Jadi jangan ragukan komitmen Anies, AHY, Ahmad Syaikhu dan Surya Paloh, mereka inilah yang saat ini akan diharapkan menjadi lokomotif perubahan menuju Indonesia yang berkeadilan.
Surabaya, 12 Juni 2023
Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi