Pada Akhirnya Akan Nganies Semua ?

Sriwijaya Merdeka : Surabaya

#SalamSrika

Isa Ansori, Kolumnis

Anies keren, Anies hebat dan sederet pujian untuk Anies itu biasa. Lalu apa hebatnya Anies, kalau dibalik kehebatannya tak terpilih sebagai presiden RI 2024 ?

Bukankah sering terjadi dalam kehidupan nyata kita barang baik tak selalu laku dibeli? Nah jangan – jangan ini bisa terjadi pada Anies, yang selalu dianggap baik, hebat, luar biasa ternyata tak ada yang mau membeli.

Mengapa bisa terjadi? Hal ini berpulang pada kemampuan para relawan Anies dan para pendukungnya mengelola modal sosial dan intelektual lebih yang dimiliki oleh Anies.

Ya memang gak ada bedanya, mereka sama – sama pemarahnya, sama sama suka mencela, sama – sama sumbu pendek, dan jarinya lebih cepat dari pada akal sehatnya.

Tentu ini juga menunjukkan betapa rendahnya kualitas kita sebagai bangsa, karena kita dan mereka tak ada bedanya.

Seandainya Jokowi Berterus Terang?

Kita benci Abu Janda, Denny Siregar, si Kribo, Ade Armando dan lain – lain, pada saat yang sama kita juga berbuat hal yang sama seperti mereka, bedanya mereka dibayar dan dipelihara oleh oligarki, kita gak ada yang bayar dan pelihara, jadinya kita lebih tak berharga. Seolah olah kita baik, seolah olah kita bersih, eh ternyata kita hanya merasa seolah olah.

Para pendukung Anies memang luar biasa, tapi sayangnya hanya sampai pada batas puja – puji dan halusinasi, belum sampai pada kemampuan meyakinkan pelanggan untuk membeli dan memilihnya, apalagi sampai pada program detil terukur dan bisa memastikan Anies dipilih.

Satu lagi, para relawan dan pendukung Anies ini kebanyakan tipologi suka diskusi dan minim aksi, diskusinya berjibun, giliran aksi, dibanyakin diskusi lagi, sehingga aksi-aksi nya adalah diskusi, banyak usul dan saran, tapi selesai di group group WA.

Hal lain juga, para relawan dan pendukung Anies ini kebanyakan tipologi suka diskusi dan minim aksi, diskusinya berjibun, giliran aksi, dibanyakin diskusi lagi, sehingga aksi-aksi nya adalah diskusi, banyak usul dan saran, tapi selesai di group grot WA, dan parahnya lagi tak banyak yang mampu menciptakan trend aksi, tapi lebih banyak bekerja mereaksi isu – isu. Keras mereaksi isu, lemah menciptakan isu, sehingga banyak sekali kerja relawan Anies itu menyelesaikan PR yang dibuat oleh pihak non Anies.

Nah akankah begini terus? Tergantung niat kita didalam kerja kerelawanan ini, apakah mau ber euforia dalam barisan Anies sambil mengenang peristiwa pilpres 2019, dan kita bisa marah, mencaci, kita puaskan diri akibat merasa dikhianati. Ataukah kita memang ingin memenangkan Anies? Atau memang kita memang ada keinginan yang lain.

Semua akan berpulang kembali kepada kita. Sebagai pengingat bahwa untuk bisa memenangkan Anies, tidak mungkin kita hanya mengandalkan suara yang ada , butuh perluasan, lahan baru, lalu dari siapa? Ya tentu dari mereka dan wilayah wilayah baru diluar wilayah kita. Maka merangkul, mengajak, empati, santun adalah kunci.

Masih sangat banyak diluaran sana anak anak muda yang simpati kepada Anies, tapi mereka nggak tahu bagaimana cara mendekat ke Anies, nah itu tugas relawan untuk merangkul dan merawatnya. Sikap yang baik, tidak merasa paling hebat, paling memiliki, akan menjadi daya tarik mereka.

Sebagai contoh semalam saya berdiskusi dengan beberapa anak – anak muda hebat, bekerja dalam aktifitas EO dan Motor, berlatar belakang budaya, sosial dan agama yang berbeda, sebuah komunitas yang pluralis, dalam diskusi saya sampaikan apakah kalau kita bikin kegiatan, perlukah kita mengajak para calon pemimpin bangsa hadir melihat apa yang kita kerjakan ini? Saya tawarkan ke mereka beberapa calon presiden yang ada? Apa yang muncul dibenak mereka? Mereka berharap Anies bisa hadir bersama mereka.

Semoga saja para relawan dan pendukung Anies sudah mulai berbenah, mengubah cara bekerja dan membantu menenangkan perubahan Indonesia bersama Anies Baswedan. Tidak hanya terjebak pada peristiwa dan kerumunan massa, tapi lebih bisa memberi pesan bahwa Anies ada, hadir dan memang dibutuhkan bangsa.

Surabaya, 24 Februari 2023

Isa Ansori
Kolumnis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »