Seandainya Jokowi Berterus Terang?

Sriwijaya Merdeka : Surabaya

#SalamSrika

Isa Ansori, Kolumnis

Dinamika Pilpres 2024 nampaknya sangat cepat dan dinamis. Ibarat sebuah pertandingan, maka babak demi babak sudah dilalui dan saling kunci, sehingga ada yang merasa dikalahkan dan ada yang merasakan menang. Namun karena proses masih berlangsung, maka bisa jadi akan terjadi kemungkinan – kemungkinan yang tak terduga.

Kontestasi Pilpres bila dicermati sejatinya hanya berputar pada dua calon, yaitu Anies dan bukan Anies. Mengapa? Karena selama ini yang terjadi adalah pola dukungan terhadap Anies dan bukan Anies.

Baca Juga :     Pahami Sejarah Agar Bisa Memahami Anies

Anies direpresentasikan sebagai calon yang didukung oleh arus perubahan, lebih diposisikan sebagai calon oposisi dan antitesa Jokowi, sedang selain Anies adalah calon yang digadang istana untuk melanjutkan program – programnya, mereka ini distigma sebagai calon istana yang pro oligarki.

Lalu sejatinya kemanakah arus dukungan Jokowi? Nah ini yang perlu kita pahami, sehingga membentuk perilaku Jokowi dalam beberapa hal, misalkan dalam bentuk pernyataan ataupun gurauan. Tapi itu semua tak bisa dilepaskan dari apa yang tertanam dibawah alam bawah sadar Jokowi. .

Dalam banyak kesempatan, Jokowi selalu berkelakar menyebut beberapa calon presiden dengan istilah – istilahnya, misalkan “ojo kesusu”, “ojo sembrono”, ” ojo grusa – grusu”, “calon presiden yang didukung yang berambut putih”, bahkan yang terakhir memainkan game dengan menyebut juga nama AHY disaat harlah PPP.

Jokowi selalu memberi sinyal – sinyal kemana arah pernyataan yang ditujukan, tapi tahukah anda bahwa dalam perspektif psikologi pesan, sejatinya Jokowi sedang berpikir banyak tentang Anies Baswedan.

Mengapa demikian? Sebagai manusia dan mantan kepala negara kelak, Jokowi tentu butuh jaminan dirinya dan keluarganya dan tentu segala hal yang selama ini dia dapatkan. Ditengah pengaruhnya yang semakin memudar, Jokowi butuh sandaran penguat dan jaminan. Lalu akankah mereka yang selama ini berada dalam lingkaran Jokowi bisa menjamin? Jawabannya di periode pertama Jokowi, mereka bisa diharapkan, tapi di periode ke dua Jokowi, sebagaimana yang sudah – sudah, maka Jokowi pun akan ditinggalkan.

Nampaknya ini yang terjadi saat ini. Pengaruh Jokowi semakin terasa lemah dan mulai ditinggalkan.

Indikasi kearah itu bisa dilihat dalam banyak hal, misalkan tertutupnya pintu Jokowi untuk mengendorse Ganjar sebagai bacapres melalui PDIP. Megawati dengan tegas bahwa urusan penentuan capres adalah kewenangannya.

Kekalahan Jokowi didalam pertarungan mengendorse capres PDI-P, lalu diarahkan bagaimana partai – partai politik lain yang dianggap bersamanya. Maka terbentuklah Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari partai Golkar, PAN dan PPP, namun belakangan Golkar memasang harga tinggi, bahwa calonnya adalah Airlangga Hartarto, ketua Golkar.

Hal yang sama juga terjadi pada sekoci lain partai Koalisi pemerintah, Gerindra dan PKB, keduanya juga memasang harga tinggi, bahwa Capresnya adalah Prabowo dan wakilnya, Muhaimin, ketua umum PKB.

Partai Nasdem dengan semangat restorasi yang diusung, malah membentuk poros perubahan bersama dua partai yang selama ini dianggap sebagai oposisi, PKS dan Demokrat, dengan mencalonkan Anies sebagai capresnya.

Bahkan belakangan, relawan pendukung Jokowi dibubarkan karena tak kunjung ada kepastian tentang nasib Ganjar, dukungan pun kini diarahkan ke Prabowo, sebagai bentuk loyalitas ke Jokowi.

Terkesan memang saat ini harapan Jokowi ada di Prabowo, tapi bukankah didalam gerbong Prabowo ada irisan Anies Baswedan? Hal yang sama juga terjadi pada Partai Nasdem, ada calon irisan Anies Baswedan, meski selama ini terkesan selalu dimusuhi Jokowi.

Sinyal bertemunya SP dengan LBP, SP dengan Jokowi, SP dengan Airlangga Hartarto, dan sinyal sinyal yang dikirim oleh Hasto, Sekjend PDIP meski dengan malu malu, menunjukkan bahwa posisi Anies sangat penting dimata Jokowi dan mereka yang selama ini memusuhinya.

Akrobatik cantik SP bertemu AHY, lalu deklarasi PKS untuk Anies, dukungan partai Ummat, munculnya Koalisi Biru Kuning dan Ijo dari konstituen Koalisi KIB, Golkar, PPP dan PAN, ditambah lagi fonomena Anistetic, dukungan dan sambutan kepada Anies diberbagai tempat, semakin menegaskan kuatnya arus perubahan.

Gagal disahkannya perppu ciptaker oleh DPR bisa dipahami adanya pembangkangan Parlemen kepada pemerintahan Jokowi. Padahal perppu ini digadang untuk melindungi oligarki dan kekuasaan.

Baca Juga :     Relawan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera ( Anies) Jatim Meminta Kapolda Tegas Terhadap Spanduk Pemecah Belah Bangsa

 

Akhirnya semua berpulang kepada Jokowi, akankah Jokowi berterus terang dengan kenyataan, ataukah Jokowi akan selalu berada dalam kepura – puraan? Tapi yakinilah bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi saat ini hanya Anies yang ada didalam pikiran nya.

Surabaya, 23 Februari 2023

Isa Ansori
Kolumnis

Sumber Gambar : https://kabar24.bisnis.com/read/20190111/15/877800/ketua-dprd-dki-anies-dan-jokowi-memang-harus-berdekatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »