SESAL KEMUDIAN TAK BERGUNA

Sriwijaya Merdeka : Ogan Ilir

#SalamSrika

Umar Said, Tokoh Sumatera Selatan

Sejak awal saya berontak menolak sekularisme dan system demokrasi liberal ( azas kebebasan ) diterapkan di Indonesia.

Indonesia adalah negara Pancasila yang menempatkan agama ( Ketuhanan Yang Maha Esa ) sebagai pilar utama dalam membangun negara. Sementara system sekuler memisahkan antara agama dan negara.

Konstitusi Indonesia baik Pancasila maupun UUD 1945 mengamanatkan bahwa pengangkatan pemimpin/ penguasa dilakukan melalui ahlul Halli wal ‘aqdi ( perwakilan dari orang – orang yang dipandang baik dan mumpuni/MPR ) menggunakan cara musyawarah mufakat atau voting jika mengalami kebuntuan mufakat.

Namun tiba – tiba  Indonesia keluar dari konstitusi tersebut mengikuti system politik demokrasi liberal yang diterapkan di negara – negara besar di barat, dengan pemilihan dan pengangkatan pemimpin/penguasa secara langsung oleh rakyat.

Tanpa mempertimbangkan dan memperhitungkan apakah Indonesia sebagai negara berkembang yang terdiri dari pulau – pulau siap secara ilmu (apakah rakyat Indonesia sudah cukup cerdas) dan finansial ( apakah siap dengan dana besar untuk membiayai pemilu).

Dasar latah dan lacur akhirnya pemerintah menetapkan dan memutuskan menerapkan system’ demokrasi liberal produk barat menggantikan sistem Pancasila dan UUD 1945.

Sekarang baru mulai dirasakan berapa dana yang harus disiapkan untuk PEMILU ( Pileg dan Pilpres ) dan PILKADA dari sekian puluh provinsi.

Dari dana milyaran bahkan trilyunan yang dipakai untuk suksesi bukan melahirkan pemerintahan yang baik dan bersih namun justru melahirkan pemerintahan korup dan menyuburkan KKN.

Menangislah sampai habis air mata penyesalan tiada guna. Mimpi mewujudkan negara adil dan makmur makin jauh dari panggang api. Justru yang terjadi kedzaliman dan kemiskinan terjadi dimana-mana.

Konsep konstitusi yang menganut system Ahlul Halli wal ‘aqdi direbut kaum OLIGHARKI. Semboyan NKRI harga mati diam – diam dihabisi oleh kolonialis modern yg bernama Oligharki. Antar tokoh agama, politik dan lain lain, diadu-domba dipertarungkan sehingga terjadi perang saudara.

Mari kita melakukan tobat nasional untuk mohon ampun kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya agar negara Indonesia yang kita cintai ini tetap kokoh berdiri ditangan bangsa sendiri.

Nashrun minallahi wa fathun qorieb.
Allahu a’lam bish Showab.

One thought on “SESAL KEMUDIAN TAK BERGUNA

  • 14/02/2023 pada 2:45 PM
    Permalink

    Ahli sunnah wal jamaah..yg ahli sunnah dan jamaah Islam.adalah yg berhak atas negeri ini. Bukan oligarki yg memperpanjang 9 naga china dlm menguasai semua sektor kekuasaan negeri ini. Rebut kembali NKRI dari pecinan kepada pribumi asli Indonesia…ALLAHU AKBAR.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »