Isra Miraj (6): Nabi Musa Menangis dan Nabi Ibrahim Duduk di Pintu Surga

Sriwijaya Merdeka : Jakarta

#SalamSrika

Rusman H. Siregar

Pendahuluan

 

Kisah Isra Miraj berikutnya, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bertemu Nabiyullah Musa ‘alaihissalam tengah menangis dan Nabi Ibrahim ‘alahissalam sedang duduk di pintu surga. Namun, sebelumnya Rasulullah lebih dahulu bertemu Nabi Idris ‘alahissalam di langit keempat.

Berikut kisahnya disampaikan Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Ketika masuk di langit keempat, Nabi صلى الله عليه وسلم memberi salam kepadanya. Nabi Idris menjawab salamnya dan menyambutnya: “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh. Lalu Nabi Idris mendoakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan kebaikan. Kemudian Nabi melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke lima.

Bertemu Nabi Harun yang Jenggotnya Sampai ke Pusar

Kemudian Rasulullah naik ke langit kelima bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihis salam. Nabi Harun setengah dari jenggotnya berwarna putih dan setengahnya lagi berwarna hitam, dan hampir-hampir panjangnya hingga ke pusar. Bersamanya sekelompok kaumnya dari Bani Israil dan Nabi Harun sedang asyik berbincang dan bercerita dengan mereka.

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memberi salam kepadanya dan Nabi Harun menjawab salamnya serta menyambutnya: “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”. Lalu Nabi Harun mendoakan Rasulullah dengan kebaikan. Kemudian Nabi bertanya: “Siapa beliau wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Beliau adalah seorang lelaki yang dicintai oleh kaumnya, yaitu Nabi Harun bin Imron ‘alaihis salam.

 

 

Bertemu Nabi Musa Sedang Menangis

Kemudian Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم melanjutkan perjalanannya naik ke langit keenam. Setelah masuk ke langit keenam, Nabi menyaksikan para Nabi dan Rasul bersama dengan umat mereka masing-masing. Beberapa dari mereka hanya memiliki kurang dari sepuluh pengikut. Beberapa yang lain pengikutnya puluhan, ada juga yang pengikutnya banyak dan beberapa lainnya tidak punya pengikut.

Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم melewati suatu kelompok yang sangat besar yang memenuhi ufuk langit, maka Nabi bertanya: “Kaum siapakah ini?”Jibril menjawab: “Itu adalah Nabi Musa beserta kaumnya, tapi angkatlah kepalamu Ya Muhammad”. Maka Nabi melihat sekelompok kaum yang jauh lebih banyak dan besar memenuhi ufuk langit dari berbagai sisinya. Jibril berkata kepada Nabi Muhammad: “Mereka adalah umatmu dan masih belum termasuk yang tujuh puluh ribu dari umatmu yang akan masuk surga tanpa dihisab.”

Setelah menyaksikan para Nabi dan Rasul beserta kaum mereka masing-masing, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bertemu dengan Nabi Musa bin Imran ‘Alaihissalam. Tubuh beliau berwarna putih kemerahan, seperti seorang dari suku Asy-Syanuah, berbulu lebat. Seandainya dia memakai dua gamis maka terlihat bulunya.

Nabi صلى الله عليه وسلم memberi salam kepadanya dan Nabi Musa menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”. Lalu Nabi Musa mendoakan Rasulullah dengan kebaikan.

Kemudian Nabi Musa berkata: “Manusia mengira bahwa aku adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah, namun ternyata dialah (Rasulullah) yang lebih mulia dariku di sisi Allah.”

Nabi صلى الله عليه وسلم menyaksikan Nabi Musa menangis, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuat engkau menangis?”

Nabi Musa menjawab: “Aku menangis karena sesungguhnya ada seorang pemuda yang diutus setelahku dan masuk ke surga dari umatnya lebih banyak dari pada umatku. Kaum Bani Israil menyangka sesungguhnya aku adalah anak Adam yang paling mulia di hadapan Allah namun kenyataannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah dari keturunan Adam menggantikanku di dunia dengan kemulian agungnya di sisi Allah sedangkan aku di akhirat. Jikalau hanya dia seorang yang mengungguliku dalam kemuliaan di sisi Allah sungguh aku tidak menghiraukannya. Akan tetapi umatnya pun bersamanya dalam mengungguli kemuliaan di sisi Allah.”

 

Baca Juga : Isra Miraj (5): Rasulullah Bertemu Nabi Adam dan Melihat Kaum yang Disiksa

 

 

Bertemu Nabi Ibrahim Sedang Duduk di Pintu Surga

Kemudian Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke tujuh. Setelah masuk ke langit ke tujuh, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim Al-Kholil sang sahabat Allah, yang duduk di pintu surga di atas kursi emas, sambil menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur bersama sekelompok orang dari kaumnya.

Nabi صلى الله عليه وسلم memberi salam kepadanya dan Nabi Ibrahim menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai putraku yang soleh serta Nabi yang soleh”. Lalu Nabi Ibrahim berkata:

“Perintahkanlah kepada umatmu supaya memperbanyak menanam pohon surga, karena sesungguhnya tanah surga sangat luas, subur dan bagus.”

Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: “Apakah pohon surga itu?” Nabi Ibrahim menjawab: “Pohon surga itu adalah kalimat:

لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيم

Di dalam riwayat lain, “Sampaikan kepada umatmu Salam, dan berilah kabar dariku kepada umatmu sesungguhnya Surga itu bagus dan subur tanahnya, tawar dan segar airnya dan sesungguhnya pohon surga itu adalah kalimat:

سُبْحَانَ اللهِ وَ الحَمْدُ للهِ وَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَر

Di tempat itu Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyaksikan sekelompok kaum yang sedang duduk, amat putih wajah mereka seperti putihya kertas. Sekelompok kaum yang lain warna mereka tidak seputih kelompok yang itu seakan warna mereka ada sesuatu.

Kemudian mereka (kelompok kedua) masuk ke suatu sungai lalu mereka mandi di dalamnya sebanyak tiga kali. Usai mandi pertama mereka keluar dari sungai dan sesuatu pada warna mereka telah berubah menjadi putih. Kemudian mereka masuk kembali ke sungai untuk mandi yang kedua. Usai mandi kedua warna mereka menjadi bersih dari noda.

Kemudian mereka masuk lagi ke sungai untuk mandi ketiga kalinya dan usai mandi ketiga warna mereka menjadi putih sebagaimana kelompok pertama. Mereka datang dan duduk bersama kelompok pertama. Nabi bertanya: “Wahai Jibril, siapa mereka itu yang putih wajahnya, dan siapakah orang-orang yang seakan warna mereka ada sesuatu, dan sungai apakah ini yang mereka masuk dan mandi di dalamnya?”

Maka Jibril menjawabnya: “Adapun mereka itu yang putih wajahnya adalah kaum yang tidak bercampur iman mereka dengan kezaliman. Adapun mereka yang seakan warna mereka terdapat sesuatu adalah kaum yang mencampur amal kebaikan dengan kejelekan, kemudian mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka. Adapun sungai ini, yang pertama adalah rahmat Allah, yang kedua adalah nikmat Allah, dan yang ketiga adalah Allah memberi minum mereka dengan minuman yang suci.”

Kemudian dikatakan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم: “Ini adalah tempatmu dan tempat umatmu.”

Tiba-tiba Nabi melihat umatnya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mereka mengenakan pakaian seperti kertas putih dan kelompok kedua mereka mengenakan pakaian keabu-abuan. Nabi masuk ke Baitul Ma’mur bersama orang-orang berpakaian putih dan orang-orang berpakaian keabu-abuan terhalang walau sebenarnya merekapun termasuk orang-orang yang dalam kebaikan.

Nabi sholat bersama orang mukmin di dalam Baitul Ma’mur. Setiap hari 70.000 Malaikat masuk ke Baitul Ma’mur dan tidak pernah keluar lagi sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Baitul Ma’mur itu bersejajar dengan Ka’bah, sehingga jika ada batu yang jatuh dari Baitul Ma’mur pasti akan terjatuh di atas Ka’bah.

Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya disodorkan kepada Nabi Muhammad tiga wadah. Beliau mengambil wadah berisi susu dan Jibril membenarkan dan merestui pilihan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Dalam riwayat lain saat itu Jibril berkata, “Ini adalah fitrahmu (kesucianmu) dan umatmu.”

Dalam hadits riwayat Imam Ath-Thobroni dengan sanad yang shohih: “Ketika malam aku di-isra’kan, aku melewati dan menyaksikan Al-Mala’ Al-A’la, dan aku menyaksikan Jibril laksana pakaian usang karena rasa takutnya yang amat sangat besar kepada Allah.”

https://kalam.sindonews.com/read/362576/70/isra-miraj-6-nabi-musa-menangis-dan-nabi-ibrahim-duduk-di-pintu-surga-1615543420

Referensi:

1. Kitab An-Nur Al-Wahhaj Fi Qisshoti Al Isra wal Mi’raaj karya Al-Imam Al-‘Allamah Sayyid Zainal ‘Abidin bin Muhammad Al hadi bin Zainal ‘Abidin Al-Barzanji.

2. Kitab Al-Anwar Al-Bahiyyah dan Kitab Wa Huwa bil Ufuq Al-A’la karya Al-Muhaddits As-Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki.

3. Kitab Al-Isra wal-Mi’raj karya Al-Imam Asy-Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »
Exit mobile version