Meski Melayani Rakyat, Mas Anies Tetap Harus Disalahkan!

#SalamSrika

Selasa, 28 Sya’ban 1444 Hijriah   / 21 Maret 2023 M

Isa Ansori, Kolumnis

 

 

Kedatangan Mas Anies yang fonomenal di Surabaya, nampaknya membuat beberapa pihak yang tidak suka dengannya, harus bekerja keras membangun narasi yang terbalik dengan kenyataan. Kedatangannya yang disambut oleh puluhan ribu warga Jawa Timur yang “tumplek blek” di Surabaya, dinarasikan sepi dan tidak berdampak. Tentu penilaian ini bukanlah penilaian yang obyektif kalau tidak boleh dikatakan sebagai pernyataan kebencian. Ada lagi yang mengatakan bahwa kedatangan Anies ke Surabaya ke beberapa tempat di Surabaya adalah bukti keberhasilan pembangunan Surabaya yang dilakukan oleh kader PDIP.

Berjongkok Sambil Berfoto Bersama Sang Ibu Diatas Kursi Roda, Anies Pemimpin Yang Berempati

Nampaknya kedatangan Mas Anies ini menyedot perhatian lawan – lawan politiknya, sehingga penting bagi mereka melihat dan mengamati gerak – geriknya dimanapun beliau hadir. Lalu bagaimana mereka membangun narasi terbalik tentang Mas Anies.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Hasto, Sekjend PDIP yang merasa penting melihat gerak – gerik Mas Anies dimanapun, utamanya di Surabaya. Merasa Surabaya sebagai kandang banteng dan Anies berani memasukinya. Namun sayangnya, yang menurutnya Surabaya kandang banteng, justru sambutan Mas Anies sangat luar biasa. Demi menutupi gempitanya itu, Hasto pun berani malawan akal publik dan berbohong mengatakan bahwa kunjungan Mas Anies sepi dan tak berdampak. Meski politisi kawakan, Hasto tak berdaya dan berlaku seperti buzzer bayaran. Tak menunjukkan kualitas dan kapabilitasnya sebagai politisi yang berintegritas.

Bahkan para pengamat politik dikerahkan untuk menutupi ketidak mampuan membendung hati rakyat yang tumbuh mencintai Mas Anies. Mereka katakan kunjungan Mas Anies ke SWK Gayungan dan Jalan Tunjungan, adalah bentuk pengakuan Mas Anies terhadap keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh kader PDIP. Inipun menjadi logika pengamat yang partisan. Padahal tidak ada klaim bahwa itu hasil kerja Mas Anies, Mas Anies hanya kebetulan sholat Jum’at di Masjid Al Akbar dan disambut oleh masyarakat, lalu disana ada tempat dan tempat itu dipakai, sederhana hanya seperti itu.

Baca juga :     Hangatnya Jawa Timur Menyambut Anies

Hal yang sama ketika Mas Anies berkunjung ke Romansa Jalan Tunjungan. Karena ini bertepatan dengan sabtu malam, 18 Maret 2023, Mas Anies Jalan – Jalan ke Tunjungan. Mengapa? Karena Mas Anies mendengar bahwa Jalan Tunjungan,setiap Sabtu malam banyak anak anak muda melaksnakan aktifitas dan kegiatan disana. Makan Aniespun “mlaku-mlaku ke Tunjungan” itu menjadi rangkaian agenda kunjungan Mas Anies ke Surabaya dan Madura. Tak ada yang luar biasa dari kunjungan tersebut, namun sayangnya, karena kecemasan Hasto dkk, maka kunjungan Mas Aniespun dimaknai dan dikomentari dengan nalar yang jauh dari kebenaran akal sehat.

Apa yang disampaikan oleh Andrianto pengamat politik Surabaya tidak salah bahwa keberhasilan pembangunan di Surabaya dilakukan oleh kader PDIP, karena memang selama 4 periode walikota Surabaya berasal dari PDI-P. Yang kurang tepat adalah mengkaitkan kedatangan Mas Anies dengan pengakuan adanya keberhasilan atau tidak. Mas Anies adalah tipe pemimpin yang tak pernah lupa akan sejarah. mas Anies tak pernah klaim keberhasilan pembangunan Jakarta adalah hasil karyanya sendiri, bahkan di Jakarta, keberhasilannya dia sampaikan tak lepas dari kerja – kerja gubernur sebelumnya, Mas Anies hanya melanjutkan saja. Sebuah sikap empati menghargai pendahulunya, sebuah sikap menghargai keterlibatan orang lain dalam keberhasilan pembangunan. Begitu juga di Surabaya, sebagai orang yang punya ikatan sejarah dengan Surabaya, karena kakeknya AR Baswedan, Pahlawan Nasional dilahirkan di Surabaya di kampung Ampel Gading, maka kunjungan Anies ke kedua tempat itu sah dan bagian dari mengapresiasi pembangunan yang terjadi di Surabaya. Jadi nggak ada yang salah dari apa yang dilakukan Mas Anies. Bahwa rakyat menemuinya, itu bagian dari keinginan rakyat bertemu orang yang diidolakan untuk melakukan perubahan. Kalau meminjam istilah yang diucapkan Andrianto, kedatangan rakyat menyambut Anies di Surabaya adalah bagian dari pengakuan rakyat bahwa Anies adalah orang yang tepat memimpin terjadinya perubahan di Indonesia, orang yang tepat untuk memimpin Indonesia.

Gerakan mendown grade kunjungan Anies yang luar biasa, sambutan masyarakat yang meriah dan gempita, nampaknya memang sudah disiapkan bak orchestra. Tiba – tiba muncul narasi tik tok seolah kunjungan Mas Anies sepi dari sambutan masyarakat, namun sayangnya pembuat tiktok tak jeli kalau tak boleh dikatakan bodoh, dia mengambil cuplikan – cuplikan gambar disaat kegiatan Mas Anies sudah selesai dan spot spot yang memang orang harus duduk beristirahat setelah menghadiri kebersamaan dengan Mas Anies.

Surat edaran seolah dari bawaslu yang sudah dibantah sendiri oleh bawaslu, dipakai senjata oleh Guntur Romli, politisi PSI, bahwa kunjungan Mas Anies melanggar dan mencuri start kampanye. Apa yang dilakukan oleh Guntur Romli menunjukkan betapa rendahnya kualitas literasi bacanya, menggunakan landasan hoax untuk membenarkan argumentasinya.

Apa yang salah dari kunjungan Mas Anies ke Surabaya dan Madura, padahal itu juga dilakukan oleh mereka yang berusaha menjadikan dirinya sebagai capres dan cawapres 2024. Lihat itu Ganjar Pranowo yang melakukan blusukan kemana – mana, padahal dia masih menjabat sebagai gubernur Jateng, lihat itu Eric Tohir, foto dan balihonya dengan Ganjar dengan tulisan pasangan presiden dan calon presiden “konco dewe”. Bagaimana dengan kunjungan Prabowo ke Surabaya menemui khofifah? Tak ada satupun pernyataan Hasto dan kawan kawan serta para pengamat partisan yang menegaskan itu sebagai mencuri start kampanye. Sehingga bisa dimaknai bahwa memang mereka sedang memainkan narasi untuk menjatuhkan Mas Anies.

Apa yang ditakutkan dari seorang Mas Anies, beliau bukan siapa siapa dibanding Ganjar Pranowo yang gubernur Jateng, Eric Tohir yang menteri BUMN dan Prabowo yang Menhan. Mas Anies ini orang biasa, hanya kelebihannya adalah Mas Anies ini punya integritas dan kejujuran, sehingga tulus melayani rakyat. Maka wajar ada gelombang yang sama antar hati Mas Anies dan rakyat. Tanpa harus membayar masyarakat untuk dikerahkan, rakyat datang sendiri dengan tulus menyambut kedatangannya. Lalu apa yang salah, apa yang dilanggar? Atau memang dalam benak para pembenci Mas Anies, ada pikiran Mas Anies harus gagal, maka Mas Anies harus diganggu sampai gagal. Kalau itu yang terjadi, maka Demokrasi kita akan terancam, menghalalkan segala cara untuk menenangkan calon yang didukungnya. Betapa naifnya politisi dan pengamat kita.

Apa yang kita lihat dan baca dari semua pernyataan Hasto dan kawan kawan, menunjukkan bahwa ada gerakan yang akan menggagalkan Mas Anies untuk menjadi calon presiden RI 2024. Penggalan itu berkaitan dengan apa yang menjadi keterpanggilan Mas Anies yang akan melakukan perubahan untuk mewujudkan narasinya tentang keadilan sosial sebagaimana para pendiri bangsa ini memerdekakan Indonesia. Anies tak ingin melihat rakyat bangsa ini sengsara akibat salah kelola negara. Oligarki yang berselingkuh dengan istana leluasa menjarah uang negara dan kekayaan alam Indonesia.

Kalau Mas Anies hanya berpikir dirinya, tentu pilihannya adalah mengurus keluarga, apa yang dicari? Namun karena keterpanggilannya sebagai cucu dari pahlawan nasional AR Baswedan, sebagaimana para pahlawan nasional pendiri bangsa yang lainnya, Anies ingin mewujudkan cita-cita mereka, dan pilihannya Mas Anies terpanggil, jalannya harus menjadi presiden dan momentumnya adalah tahun 2024.

Sebagaimana jargon yang selama ini ada, Anies orang baik, maka tak boleh dibiarkan sendirian, orang baik harus ditemani, maka kalau kita mempunyai cita cita baik tentang Indonesia saat ini dan masa depan maka pilihannya adalah berjuang bersama Mas Anies. Karena sudah jelas apa yang dilakukan oleh Mas Anies adalah kebaikan yang tidak dilakukan oleh para pembenci Mas Anies dan calon yang mereka dukung.

Jadi menjadi benar bahwa karena Mas Anies narasinya tentang Indonesia baik dan cita citanya baik serta integritasnya juga baik, maka harus dibersamai untuk menjadikan Indonesia baik. Semoga 2024 kita mendapatkan presiden yang baik, presiden yang mampu mewujudkan amanah para pendiri bangsa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud kemerdekaan.

Surabaya, 21 Maret 2023

Isa Ansori
Akademisi dan Kolumnis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »
Exit mobile version