Puasa Nabi Adam as ( Sejarah Puasa dari Masa ke Masa)

Sriwijaya Merdeka : Palembang

#SalamSrika

Herman Suryanto

Puasa sendiri telah dikenal oleh orang-orang zaman dahulu dari bangsa Mesir dan India. Juga dikenal oleh bangsa Yunani dan Romawi. Jadi, sejarah puasa sangatlah tua; yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang paganis (penyembah patung-patung) dari bangsa India masih terus melestarikan puasa sampai sekarang ini. Hanya saja tentu bukan karena Allâh, namun untuk menenangkan dan mencari keridhaan sesembahan-sesembahan mereka; bila mereka merasa bahwa mereka telah melakukan hal yang mengundang murka sesembahan-sesembahan mereka.

Begitu pula  kaum Yahudi dan Nasrani masih terus melestarikan puasa hingga saat ini. Dan memang telah nyata pada mereka bahwa para nabi berpuasa; puasa nabi Musa alaihissalâm , puasa nabi Isa alaihissalâm, dan juga para Hawariyyun pengikut setia nabi Isa alaihissalâm. Bahkan sejarah menyebutkan puasa sudah dimulai Nabi Adam as bersama Hawa

Baca Juga : https://sriwijayamerdeka.com/puasa-dan-kesehatan/

Pada tulisan ini, penulis akan sampaikan sejarah dari masa ke masa, yang kita mulai dari puasa Nabi Adam as, sebagai manusia pertama di muka bumi ini. Jarak masa antara Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW, sekitar 7310 tahun. Artinya perintah puasa itu sudah ada sejak Nabi Adam as.

Hitungan jarak antara Nabi Adam dan Nabi MUhammad adalah spekulatif dan tak ada satu ayatpun dalam Quran yang memberikan informasi tersebut. Seorang matematikawan mu’allaf Dr. Jeffrey Lang yang mengkaji Quran mengatakan salah satu poin menarik dari Quran adalah tak pernah memberikan referensi mutlak tentang waktu dan tempat, dan ternyata hal ini sepertinya benar. Coba lihat kisah Nabi Ibrahim, yang dalam sejarah dikenal berasal dari Babilon yang sekarang disebut Iraq, tapi dalam Quran tak pernah secara pasti tempatnya. Ada bangsa-bangsa yang disebut seperti Madyan tapi tak pernah disebutkan kapan kejadiannya dan dimana bangsa Madyan tersebut.

Quran juga tak pernah menyebutkan referensi waktu, semua kisah baik Sulaiman as, Dawud as, Nuh as, dan bahkan kisah Ashabul Kahfi tak disebutkan kapan kejadiannya. Dalam kisah Ashabul Kahfi disebut indikatif berapa lama mereka di gua tapi tak disebutkan kapan kejadiannya.

Sepertinya Al-Quran sengaja tak mengacu waktu dan tempat karena hal itu selalu bersifat spekulatif. Jika Al-Quran menyebutkan waktu dan ternyata bukti sejarah mengatakan hal yang berbeda maka integritas Quran bisa dipertanyakan, meskipun bukti sejarah itu sendiri relatif dan belakangan bisa saja ditemukan bukti sejarah lain yang menunjukkan indikasi berbeda.

Jadi kapan sebenarnya Nabi Adam itu hidup tak pernah berasal dari sumber Islam dan hanya berasal dari kisah Israiliyat.

Kemudian hal lain adalah status Adam sebagai manusia pertama tak pernah disebutkan dalam Quran. Ayat Quran mengatakan Allah akan menjadikan Adam sebagai khalifah Tuhan di bumi, dan tak mengatakan Allah akan menciptakan manusia di bumi. Para ulama masih berbeda pendapat tentang hal ini, mereka sepakat bahwa Nabi Adam adalah khalifah pertama di bumi tapi masih memperdebatkan status sebagai manusia pertama

Puasa Nabi Adam dikisahkan dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa Nabi Adam as puasa selama tiga hari tiap bulan sepanjang tahun. Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Adam berpuasa tiap tanggal 10 Muharram sebagai ungkapan syukur lantaran Allah mengizinkannya bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah

Melansir NU Online menurut keterangan yang terdapat dalam kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, dijelaskan bahwa amalan ini dinamai Ayyamul Bidh terkait dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan ke muka bumi.

Dijelaskan dalam hadis riwayat Ibnu Abbas bahwa ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam atau gosong. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15 pada Kalender Hijriah).

Ketika berpuasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Puasa hari kedua, sepertiga nya lagi menjadi putih. Puasa hari ketiga, sepertiga sisanya menjadi putih.

Berikut terjemahan hadis tersebut:

“Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih”.

Selain itu, terdapat pendapat lain tentang penamaan puasa Ayyamul Bidh. Dikatakan bahwa nama Ayyamul Bidh digunakan karena malam-malam tersebut terang benderang disinari rembulan sejak matahari terbenam sampai terbit kembali.

Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang). Berikut penjelasan pendapat tersebut dalam kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari:

وَقِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لَيَالِي أَيَّامِ الْبِيضِ مُقْمِرةٌ وَلَمْ يَزَلِ الْقَمَرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلَوعِهَا فِي الدُّنْيَا فَتَصِيُر اللَّيَالِي وَالْأَيَّامُ كُلُّهَا بِيضًا

Artinya: Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang). (juz XVII, halaman 80)

Baca Juga : https://sriwijayamerdeka.com/pedoman-puasa-ramadhan/

Pelaksanaan Puasa Nabi Adam as

Niat puasa Ayyamul Bidh perlu diketahui ketika seorang muslim hendak melaksanakan puasa sunnah ini. Puasa Ayyamul Bidh merupakan salah satu amalan sunnah yang dilaksanakan setiap pertengahan bulan, yaitu tanggal 13, 14, dan 15 penanggalan Hijriah.

Niat Puasa Ayyamul Bidh
Niat puasa Ayyamul Bidh harus dibaca ketika seorang muslim hendak berpuasa. Umat muslim bisa membaca niat puasa Ayyamul Bidh pada malam hari, hingga sebelum masuk waktu imsak.

Berikut bacaan niat puasa Ayyamul Bidh yang dikutip dari dari NU Online:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Nawaitu shauma ayyâmil biidl lilaahi ta’aalaa.

Artinya, “Saya niat puasa Ayyamul Bidh (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah ta’ala.”

Puasa Ayyamul Bidh bulan Februari 2023

Sabtu, 4 Februari 2023, 13 Rajab 1444 H

Ahad, 5 Februari 2023, 14 Rajab 1444 H

Senin, 6 Februari 2023, 15 Rajab 1444 H

Referensi : Diolah dari berbagai sumber

Sumber Gambar : https://fitra.dev/apakah-nabi-adam-as-pernah-berpuasa/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »
Exit mobile version