Satu Tahun Perang Rusia-Ukraina, Apa Peran Indonesia?

Sriwijaya Merdeka : Surabaya

#SalamSrika

MS. Tjik. NG

Hari ini 24 Februari 2023 dalam sejarah perang Rusia-Ukraina dimulai, berarti tepat 1 tahun telah berlangsung, invasi itu ditandai dengan pidato Putin mendeklarasikan operasi militer di Ukraina

Tujuan Putin menyerang Ukraina untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, dan juga bertujuan untuk mencegah North Atlantic Treaty Organization (NATO) guna mendapatkan tempat di Ukraina sehingga memastikan Ukraina menjadi negara netral._

Terlepas dari mativasi perang Rusia-Ukraina karena masih relevan frasa “Yang menang jadi arang yang kalah jadi abu” artinya perang tidak membawa kesejahteraan dan kebaikan._

Di era modern perang lebih mengarah pada superiotas teknologi dan industri. Hal tercermin dari doktrin angkatan perangnya, seperti Barangsiapa menguasai ketinggian maka akan menguasai dunia
Itu menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai dengan teknologi.

Perang secara purba dimaknai sebagai pertikaian bersenjata, namun secara umum perang berarti pertentangan dan permusuhan._

Sejarah panjang ummat manusia telah membukti kan dirinya sebagai produsen penderitaan yang ia ciptakan melalui perang, bukankah perang menimbulkan kerusakan di seluruh sektor dan sendi-sendi kehidupan ummat manusia._

Jean Pictet, seperti yang dikutip oleh Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan bahwa sebuah kenyataan yang menyedihkan selama 3400 tahun sejarah tertulis, ummat manusia hanya mengenal 250 perdamaian , selama 5600 tahun terakhir manusia telah menggelar perang sebanyak 14.600 kali

Ilustrasi di atas memaksa untuk mengambil peran sebagai bangsa besar yg menganut sistem politik luar negeri bebas aktif netral dan tidak berfihak menjadikan posisi Indonesia acceptable, tidak dicurigai untuk leluasa bergerak bermanuver (diplomasi) untuk perdamaian dunia ._

Sampai kini belum ada tanda-tanda perang akan berakhir, bahkan kedua belah pihak semakin menguatkan tekad untuk saling menghajar lawan.

Upaya Ukraina dan Amerika Serikat untuk menarik-narik keterlibatan penuh NATO dalam perang mulai bersambut. Pakta pertahanan trans-Atlantik itu bersiap memasok persenjataan tercanggih ke Ukraina, melengkapi kekuatan alutsista canggih yang sudah dikerahkan Amerika. _

Bukan itu saja, kunjungan mendadak Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Kiev menjumpai Presiden Ukraina Zelensky menguatkan bala bantuan bagi Ukraina. Biden menyatakan akan memberikan paket bantuan militer baru senilai US$500 juta (sekitar Rp7,5 triliun)._

Biden juga mengumpulkan para sekutu AS dari NATO di Polandia, negara yang menjadi pintu masuk bala bantuan untuk Ukraina._

Putin pun berang, Ia menuding AS dan sekutunya itu mengipasi bara konflik dan berupaya memperluasnya menjadi konfrontasi global.

Yang cukup mengejutkan, Putin menyatakan Rusia menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New Start (Start Baru) dengan AS yang membatasi persenjataan nuklir strategis kedua pihak._

Bila digabung, Rusia dan AS menguasai sekitar 90% hulu ledak nuklir global._

Kekuatan senjata nuklir keduanya sanggup meluluhlantakkan dunia.

Meskipun Rusia menyatakan keputusan Putin tidak serta-merta mendekatkan perang nuklir, kengerian timbul dari risiko yang mendadak melonjak._

Terlebih campur tangan NATO semakin menonjol. _Langkah Rusia yang menarik diri dari penjanjian pembatasan persenjataan nuklir jelas untuk membalas meningkatnya dukungan NATO kepada Ukraina._

Apakah itu hanya gertak sambal ? Hanya Tuhan dan Putin yang tahu

Siapa yang bisa menjamin bahwa ketika terdesak pengeroyokan oleh NATO, Rusia tidak melawan habis-habisan, termasuk memakai senjata nuklirnya._

Rusia bakal berupaya pula menggalang aliansi dengan negara-negara lain yang berseberangan dengan Barat.Konflik yang semula bersifat lokal-regional, bukan tidak mungkin akan dengan cepat meluas hingga meletuskan perang dunia ketiga.

Baca Juga :      Lokak Dalam Perspektif Budaya Palembang

Dunia harus bekerja keras menghentikan perang kedua negara. Memang belakangan ada upaya dari Tiongkok sebagai salah satu negara adidaya untuk menengahi.

Sayangnya, pihak Ukraina menolak mediasi Tiongkok karena kekhawatiran ‘Negeri Tirai Bambu’ itu berpihak kepada Rusia

Zelensky lebih percayakan pada PBB untuk menengahi konflik. _Akan tetapi, Rusia memandang sebelah mata lembaga dunia itu karena dominasi pengaruh negara-negara Barat di forum PBB.

Disinilah letak peluang Indonesia memainkan perannya sebagai negara yg pernah sukses menggelar KTT Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung

Sebagai negara yang memprakarsai lahir nya ASEAN yang secara kebetulan Keketuaan ASEAN priode sekarang 2023 dibawah Pimpinan Indosia

Indonesia atau ASEAN harus tampil utk turut menengahi sengketa perang Rusia-Ukraina, mengapa begitu yakin, karena jelas Putin tidak percaya dengan Tupoksi PBB yg cendrung double standard, pro Barat dan AS

Maka tampilnya Indonesia atau ASEAN menjadi pertimbangan Rusia dan Ukraina.

Dunia pun tidak bisa berharap perang akan cepat berakhir seiring dengan habisnya sumber daya kedua kubu

Ukraina akan terus berdiri ditopang AS dan sekutu Rusia pun bukan kekuatan yang baru terbangun kemarin sore yang bisa cepat kehabisan napas.

Berpangku tangan menunggu perang usai dengan sendirinya sama saja membiarkan konflik kedua negara semakin liar tidak terkendali

Upaya perdamaian harus terus digelorakan, ditempuh.

Indonesia harus memprakarsai untuk menekan eskalasi perang yang semakin menggila, mengerikan itu

Tentu dalam konteks ini Indonesia tidak harus sendirian, perlu mengajak negara-negara lain yang netral untuk ikut dalam prakarsa tersebut._

Dimulai dari ASEAN, kemudian di Asia dan Afrika.

Sebut saja bahwa Prakarsa Jakarta ini untuk meyakinkan pihak Rusia ataupun Ukraina bahwa upaya mediasi dilakukan tidak berat sebelah berkeadilan dan proporsional demi mencapai kesepakatan damai.

Tujuan hanya fokus kepada penyelesaian konflik perang segera berakhir dan damai.

Wallahu A’lam Bisshawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »
Exit mobile version